Senin, 01 November 2010

Semua Milik Tuhan

Seorang pria yang adalah jemaat bertemu seorang pendeta yang adalah gembala sidangnya di jalan. Bapak pendeta yang baik ini pun berinisiatif untuk mengajak jemaatnya ini makan malam. Setelah makan malam selesai, Pak pendeta pun dengan gembira membayar tagihannya.Sebelum mereka berpisah, terjadi percakapan singkat diantara mereka.
Jemaat: "Pak Pendeta, saya tidak akan berterima kasih untuk makanan yang sudah Bapak belikan."
Pak Pendeta: "Lho, memang kenapa?"
Jemaat: "Karena semua yang Bapak Pendeta punya sebenarnya adalah milik-Nya Tuhan!"
Pak pendeta pun hanya senyum kecil tanpa meresponi perkataan jemaat tersebut. Mereka bersalaman dan berpisah. Suatu waktu mereka bertemu lagi di jalan. Terdorong rasa lapar, jemaat ini berinisiatif untuk mengajak Pak Pendetanya ke restoran yang sama untuk makan malam.
Jemaat: "Bapak Pendeta, saya lapar nih, kita ke restoran yang kemaren kita kunjungi lagi yuk?"
Pak Pendeta pun berpikir sebentar. Lalu dengan senyum ramahnya dia pun menjawab.
Pak Pendeta: "Maaf ya Bapak, karena uang dan segala yang saya miliki adalah milik Tuhan, jadi saya akan tanya Tuhan dulu apakah boleh saya makan di restoran itu lagi bersama Bapak."

“…Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan." 1Co 10:26

Perasaan KU

Aku tak selalu baik dan juga tak selalu benar, Sekali waktu aku begitu baik dan juga kadang sangat bodo. Aku hanya manusia biasa seperti yang lain, punya asa yang kadang-kadang tidak bisa diterima akal. Aku bersyukur bisa mengalami ini semua, perjalanan jiwa menemukan jati diri, aku senang bisa punya rasa syukur atas nikmat yng Tuhan berikan kepadaku. Aku sadari semakin aku bersyukur semakin banyak kebaikan yang kutemukan. Aku temukan, tidak semua mesti difikirkan secara logika, aku hanya bersyukur dan bermimpi setinggi langit… tanpa rasa takut, khawatir atau cemas. Kulakukan segala sesuatu dengan tulus menggunakan persaanku, kujalani cobaan dengan sabar dengan perasaanku, ku bersyukur yang semua terjadi membuat aku lebih kuat dan lebih dewasa.
” Aku mencintai hidupku apa adanya”

Jika Waktu

jika waktu boleh ku putar
kan kuulang sekali lagi
semua yang baik tuk dikeanang
takan ada kesalahan tuk dibenci
takan ada luka, dan rasa bersalah
semuanya akan tetap indah
seaindainya…

Jujur terhadap diri sendiri

  1. Jujur Terhadap Diri Sendiri
    Jujur terhadap diri sendiri berarti kita harus mau dan tidak malu untuk bertanya, meminta nasihat dari orang lain.
    "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -- maka hal itu akan diberikan kepadanya". (Yakobus 1:5)
    Jujur pada diri sendiri berarti kita harus tahu kemampuan kita. Kita harus betul-betul yakin dan sadar dengan apa yang akan kita katakan/nasihatkan. Dalam hal ini pengalaman biasanya bisa menjadi guru yang baik.